Wednesday 11 November 2015

Sifat Wajib Qiyamuhu Ta'ala Binafsihi

QIYAMUHU TA’ALA BINAFSIHI


Tegese wajib jumeneng Allah kelawan dzate dewe, muhal karep Allah maring dzat liyo lan muhal karep Allah maring kang maujudaken

qiyamuhu binafsihi itu maknanya : laa yaftaqiru ila mahalin wa-laa mukhosh-shish-shin (tidak butuh kepada mahal, mahal disini maknanya adalah dzat bukan tempat, dan tidak butuh kepada yang menjadikan),


maka fahamilah bahwa Allah itu tidak butuh kepada dzat dan tidak butuh kepada yang menjadikan itulah makna dari qiyamuhu binafsihi.

Allah kui dzat opo sifat sih??? Sebelum mengetahui bahwa Allah itu dzat atau sifat, maka kita harus tau dulu apa itu dzat dan apa itu sifat??

Dzat pengertiannya adalah maa qooma binafsihi yaiku sesuatu yang berdiri sendiri, sedangkan sifat itu pengertiannya maa qooma bighoirihi yaiku sesuatu yang berdiri dengan selainnya yaiku bidzat berdiri pada dzat,

jika kita mengatakan dzat maka maknanya masih umum karena dzat itu ada dua yaiku dzat qodimah (dzatnya Allah) dan dzat haditsah (dzatnya hawadits yang disebut dengan JIRIM), begitu juga ketika kita mengatakan sifat maka maknanya juga masih umum karena sifat ada 2 yaiku sifat qodimah (sifatnya Allah) dan sifat haditsah (sifatnya hawadits yang disebut dengan 'Arodl),

Jirim dan arodh itu lazim malzum (tidak dapat dipisahkan), kalau ada JIRIM maka pasti ada 'ARODL-nya, kalau ada 'ARODL maka pasti ada JIRIMnya, kalau ada DZAT maka pasti ada SIFAT-nya, kalau ada SIFAT maka pasti ada DZAT nya,

dan perlu kita pahami bahwa indra kita di dalam kerjanya hanya menemukan sifat, contoh :
  1. MATA : di dalam kerjanya, mata kita hanya menemukan WARNA dan BENTUK, warna adalah sifat, bentuk juga sifat,
  2. HIDUNG : di dalam kerjanya, hidung kita hanya menemukan BAU, bau adalah sifat.
  3. TELINGA : di dalam kerjanya, telinga kita hanya menemukan SUARA, suara adalah sifat.
  4. LIDAH : di dalam kerjanya, lidah kita hanya menemukan MANIS ASAM ASIN RAME RASANYA, yang mana semua itu adalah sifat.
  5. KULIT : di dalam kerjanya, kulit kita hanya menemukan KASAR dan HALUS, kasar adalah sifat, halus juga sifat.
sedangkan Dzat dapat kita temukan dengan ILMU.

Jika kita menemukan warna putih misalnya, maka sifat putih tersebut pasti tidak akan berdiri dengan sendirinya, putih tersebut pasti akan berdiri dengan selainnya, yaiku berdiri pada dzat, dzat tersebut yang akan disifati dengan warna putih tersebut, misalnya kita menemukan putih maka pasti akan ada tuntutan terhadap selainnya yaitu putih apa??? Putih tembok misalnya, maka putih itu sifat, tembok itu dzatnya, putih dan temboknya itu lazim (tidak dapat dipisahkan), coba kalo kita disuruh ambilkan putihnya saja tanpa dengan temboknya pasti tidak akan bisa. Dan jika kita mengatakan tembok maka tidak akan ada tuntutan yang lain.

Kalo Allah itu berarti dzat apa sifat?? Pada pembahasan sifat qiyamuhu binafsihi itu menegaskan bahwa Allah itu adalah dzat bukan sifat, kok bisaaaaaaaa?? Karena seandainya Allah itu sifat maka yang namanya sifat itu butuh kepada selainnya yaitu dzat, kalo Allah itu sifat maka pasti bisa terjadi kalo Allah itu berdiri pada dzat lain, bisa berdiri pada dzatnya manusia juga, nanti akan menjadi suatu pemahaman seperti pemahamannya orang-orang nashoro yang berpaham bahwa yesus itu persifatan Tuhan, ada juga yang ikut-ikutan seperti bang iwan menjadi manusia setengah dewa....... Hmmm

dan pastinya kalo Allah itu sifat maka tidak bisa persifatan, karena yang bisa persifatan itu dzat, maka kalo Allah itu sifat maka tidak bisa persifatan qudrot irodat ilmu hayat dan lainnya.

untuk memudahkan pemahaman bahwa yang namanya sifat tidak bisa persifatan, gambarannya gini : misalnya warna putih, putih itu tidak bisa persifatan karena putih itu sifat, yang bisa persifatan dengan sifat putih itu ya dzatnya yang disifati putih tersebut, jika putih itu bisa persifatan maka akan terjadi adanya putih yang disifati hitam misalnya, putih tapi hitam, maka itu mustahil, atau gambaran lain misalnya sifat gerak, jika sifat itu bisa persifatan maka akan terjadi sifat gerak disifati sifat diam, padahal gerak dan diam terjadi secara bersamaan dalam satu waktu itu mustahil karena gerak dan diam adalah perkara yang berlawanan. Maka yang persifatan itu adalah dzat bukanlah sifat, misalnya geraknya jari tangan, maka gerak tersebut menjadi sifatnya jari tangan, jari tangan sebagai dzat dan gerak sebagai sifat, maka tidak menutup kemungkinan pula kalo jari tangan tersebut disifati dengan sifat diam. jadi yang disifati itu dzat bukan sifat.

Berarti maknanya qiyamuhu binafsihi yang : laa yaftaqiru ila mahalin adalah Allah tidak butuh kepada dzat karena Allah itu bukanlah sifat, tapi Allah itu dzat, dan seandainya Allah itu sifat maka tidak bisa persifatan dengan sifat ma'ani (qudrot, irodat, ilmu, hayat, sama', bashor, kalam). Berarti kesimpulane Allah iku dzatun maushuufun bishifatin (Allah itu adalah dzat yang disifati dengan sifat),

dan maknanya qiyamuhu binafsihi yang : laa yaftaqiru ila mukhosh-shish yaitu Allah tidak butuh kepada yang menjadikan, karena seandainya Allah itu butuh kepada yang menjadikan maka Allah itu baru, jika Allah itu baru maka pasti Allah itu lemah (tidak mampu), jika Allah lemah maka pasti alam ini tidak ada, tetapi tidak adanya alam ini batal sebab sudah kelihatan oleh mata, jika tiadanya alam ini batal karena sudah terlihat oleh mata maka jadi wajib Allah bersifat qiyamuhu binafsihi ai laa yaftaqiru ila mukhosh-shish.

Maka kesimpulannya : qiyamuhu binafsihi itu maknanya adalah Allah tidak butuh kepada dzat karena Allah itu bukan sifat tapi dzat, dan tidak butuh kepada yang menjadikan karena Allah itu bukan perkara baru yang adanya pernah didahului dengan ketiadaan,

inilah dalil secara ijmal atau secara global dari sifat qiyamuhu binafsihi yang diwajibkan bagi tiap2 mukallaf untuk mengetahuinya agar keimanan kita tidak diperselisihkan oleh para ulama, mudah-mudahan yang sedikit ini bermanfaat bagi kita dan dijadikan sebabnya kita selamat dari kekalnya neraka, ashlaha Allahu liy walakum alhaala wasya’na Amiin ya robbal ‘alamin. Wallahu a’lam bis-showab.





No comments:

Post a Comment

Logo

Logo